Minggu, 30 Juli 2023

Asal Usul Nama Teluk Awur, Nama Desa Dengan Pantai Indah di Jepara

Asal Usul Nama Teluk Awur Jepara, Tempat Wisata Terindah - Teluk Awur merupakan suatu desa yang posisinya di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Di desa ini terdapat sebuah pantai yang cukup terkenal di Jepara dengan nama yang sama, yaitu Pantai Teluk Awur. Pantai ini menjadi salah satu unggulan wisata di kabupaten Jepara selain Pantai Kartini, Pantai Bandengan, Jepara Ourland Park dll. Di balik namanya ini ternyata menyimpan sejarah atau cerita rakyat asal usul yang sangat menarik. Cerita tentang asal mula nama Teluk Awur ini melibatkan nama seorang penyebar agama Islam di Jawa yautu Syeh Abdul Aziz. Berikut adalah cerita lengkap tentang asal mula nama Teluk Awur di Jepara.

Pada zaman dulu kala di suatu desa,hidup sejoli suami istri yang hidupnya berbahagia serta saling menyayangi. Si suami bernama Syeh Abdul Aziz, serta si istri bernama Den Ayu Roro Kuning. Si istri merupakan murid dari dari Sunan Muria yang mempunyai paras menawan bak bidadari. Sebaliknya suaminya merupakan seseorang laki-laki dari negara timur yang memiliki tugas dari bapaknya buat menyebarkan agama Islam di Jawa. 

Selain menyebarkan agama Islam, Syeh Abdul Aziz juga sambil bekerja di ladang sebagai petani. Syeh Abdul Aziz ini mempunyai kebiasaan, yaitu saat sebelum pekerjaan bertaninyanya tuntas,dia senantiasa kembali terlebih dulu ke rumah serta meninggalkan pekerjaan bertaninya itu. Kebiasaan dari Syeh Abdul Aziz ini di sebabkan ia senantiasa rindu terhadap istrinya yang mempunyai paras dan wajah yang menawan bak bidadari, sehingga tiap detik juga ia tidak mau melupakan kecantikan istri tercintanya itu. Kebiasaan dari  Syeh Abdul Aziz itu berlangsung setiap hari, sehingga istrinya juga takut dengan pekerjaan suaminya yang akhirnya terbengkalai bila terlalu sering ini tidak di hilangkan. Sehingga istri Syeh ini memilik gagasan kepada suaminya. Istrinya menyuruh Syeh Abdul Aziz untuk melukis wajah menawan istrinya itu,sehingga lukisan wajah istrinya itu dapat di membawa ke ladang tiap hari. Syeh Abdul Aziz juga sepakat dengan gagasan istrinya, akhirnya ia mulai melukis wajah menawan istrinya. 

Setelah lukisan istrinya selesai, Syeh Abdul Aziz setiap hari membawa lukisan tersebut ke ladang , sehingga ia tidak butuh kembali ke rumah saat sebelum pekerjaannya berakhir. Nah pada sesuatu pagi yang terang Syeh Abdul Aziz berangkat ke ladang dengan bawa lukisan tersebut. Pada saat di ladang, ia meletakkan lukisan tersebut di keranjang yang ia bawa. Tanpa terdapat firasat apapun tiba-tiba ada angin yang teramat kencang, sehingga lukisan istrinya tersebut terbang diterpa angin kencang itu,dan kemudian jatuh di di taman kerajaan yang rajanya bernama Joko Wongso. Raja Joko Wongso memandang lukisan tersebut serta Joko Wongso juga kaget sehabis memandang foto seseorang perempuan yang mempunyai paras menawan serta memesona itu. Raja Joko wongso langsung memerintahkan prajuritnya buat mencari perempuan yang terdapat di dalam lukisan tersebut. Tidak lama, prajurit Joko Wongso berhasil menemukan Den Ayu Roro Kuning perempuan yang terdapat di lukisan itu, serta membawanya ke kerajaan. Den Ayu Roro Kuning senantiasa pilu serta risau sebab memikirkan suaminya yang tentu hendak mencari-cari dirinya itu. 


Di sisi lain Syeh Abdul Aziz mencari lukisan istrinya itu ke mana-mana,tapi tidak ketemu. Kemudian Syeh Abdul Aziz memutuskan buat kembali ke rumah. Sesampainya dirumah alangkah terkejutnya Syeh Abdul Aziz sebab tidak mengalami istrinya dirumah. Syeh Abdul Aziz  mendengar berita jika istrinya dibawa oleh Raja Joko Wongso buat dijadikan  permaisurinya. Mendengar tentang kabar ini Syeh Abdul Aziz segera berangkat ke kerajaan Joko Wongso dengan metode mengamen atau bermain kentrung. Sesampainya di taman kerajaan, suami Den Ayu Roro Kuning ini menyanyi sembari memainkan kentrungnya. Dari dalam kabupaten sayup-sayup suara lagu serta musik ini pun terdengar hingga ke kuping Den Ayu Roro Kuning. Den Ayu Roro Kuning tidak ragu lagi kalau itu merupakan suara dari suaminya tercinta. Akhirnya ia menyuruh abdinya buat memanggil pengamen tersebut yang ialah Syeh Abdul Aziz tercinta. 

Pertemuan keduanya ini pun sangat menggembirakan untuk keduanya, sehingga mereka setuju untuk menyusun rencana, supaya Den Ayu Roro Kuning tidak dapat dijadikan istri Sang Raja Joko Wongso. Rencana dirancang ialah Den Ayu Roro Kuning mengajukan beberapa syarat pada Raja. Den Ayu Roro Kuning menghadap si raja, istri Syeh Abdil Aziz ini mengatakan “Baginda hamba siap dijadikan permaisuri tetapi dengan syarat agar Raja carikan kerang (kijing) yang menari serta raja wajib berpakaian seperti nelayan lengkap dengan kepisnya”.

Karena tingginya hasrat yang dimiliki sang raja buat memperistri Den Ayu Roro Kuning, Joko Wongso sepakat tanpa rasa curiga sedikitpun atas ketentuan yang diajukan oleh istri Syeh Abdul aziz ini. Berangkatlah si Raja ke laut dengan harapan bisa memperistri Den Ayu Roro Kuning dengan meninggalkan baju kerajaannya. Sementara itu dalam kerajaannya, Syeh Abdul aziz dan istrinya ini menjalankan strategi yang telah diatur. Syeh Abdul Aziz mengenakan pakaian kerajaan raja Joko Wongso serta berpura-pura jadi raja Joko Wongso. Setelah itu ia memerintahkan pada prajurit serta rakyat  kerajaan agar menyisir tepi laut dengan alasan terdapat mata-mata yang hendak menghancurkan kerajaan. Mata-mata tersebut memiliki ciri-ciri berpakaian nelayan lengkap dengan kepis nya. 

Perintah yang disampaikan ini pun sebenarnya ada sebagian rakyat dan prajuritnya ragu atau tidak yakin tetapi sebab yang memerintahkan raja hingga mereka berangkat buat mencari mata-mata yang sesungguhnya merupakan rajanya sendiri. Pencarian membuahkan hasil, tanpa ditanya dahulu prajurit serta rakyat ini mengeroyok si nelayan. Dalam kondisi ini nelayan bilang Teluk ...Teluk ...(Takluk) tetapi prajurit kerajaan serta rakyat tidak mau tahu sehingga membuat si nelayan babak belur dan akhirnya tewas. Sebelum mati, si nelayan bicara : "Aku Rajamu, Aku telah bilang TELUK, TELUK tapi kalian malah NGAWUR”. Versi lain ada yang mengatakan bahwa ketika Sang Raja ditangkap, Raja kemudian berteriak Awur... Awur yang artinya Keliru. Tempat kejadian itu di sebuah teluk yang kemudian dinamakan Teluk Awur.

Perkataan inilah yang saat ini dijadikan nama tempat dimana Raja Joko Wongso tadinya didholimi serta di aniaya ialah ”Teluk Awur”. Jasad Raja Joko Wongso dimakamkan bersebelahan dengan makam dari Den Ayu Roro Kuning. Makam tersebut terdapat di Desa Teluk awur Jepara, sebaliknya Syeh Abdul Azis dimakamkan di Desa Jondang Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara yang setelah itu Syeh Abdul Azis diketahui dengan istilah nama “Syeh Jondang”. 

Demikian adalah kisah tentang asal mula nama Teluk Awur di Jepara. Jika anda ingin mengetahui tentang info wisata tentang pantai ini, dapat membaca di artikel berikut : Wisata Teluk Awur Jepara Dengan Ombak Yang Tenang